Kebudayaan Bali
Bali
adalah sebuah pulau di Indonesia, sekaligus menjadi salah satu provinsi
Indonesia. Bali terletak di antara Pulau Jawa dan Pulau Lombok. Ibukota
provinsi bali adalah Denpasar. Mayoritas penduduk Bali adalah pemeluk agama
Hindu. Di dunia, Bali terkenal sebagai tujuan pariwisata dengan keunikan
berbagai hasil seni-budayanya. Bali juga dikenal sebagai Pulau Dewata.
Seiring dengan
peralihan jaman pra sejarah ke jaman sejarah, pengaruh Hindu dari India yang
masuk ke Indonesia diperkirakan memberi dorongan kuat pada lompatan budaya di
Bali. Masa peralihan ini, yang lazim disebut sebagai masa Bali Kuno antara abad
8 hingga abad 13, dengan amat jelas mengalami perubahan lagi akibat pengaruh
Majapahit yang berniat menyatukan Nusantara lewat Sumpah Palapa Gajah Mada di
awal abad 13. Tatanan pemerintahan dan struktur masyarakat mengalami
penyesuaian mengikuti pola pemerintahan Majapahit. Benturan budaya lokal Bali
Kuno dan budaya Hindu Jawa dari Majapahit dalam bentuk penolakan penduduk Bali
menimbulkan berbagai perlawanan di berbagai daerah di Bali. Secara perlahan dan
pasti, dengan upaya penyesuaian dan percampuran kedua belah pihak, Bali
berhasil menemukan pola budaya yang sesuai dengan pola pikir masyarakat dan
keadaan alam Bali.
2.2 Keragaman
Budaya yang dimiliki oleh Bali
· Rumah Adat Bali
Menurut filosofi
masyarakat Bali, kedinamisan dalam hidup akan tercapai apabila terwujudnya
hubungan yang harmonis antara aspek pawongan, palemahan, dan parahyangan. Untuk
itu, pembangunan sebuah rumah harus meliputi aspek-aspek tersebut atau yang
biasa disebut ‘’Tri Hita Karana’’. Pawongan merupakan para penghuni rumah.
Palemahan berarti harus ada hubungan yang baik antara penghuni rumah dan
lingkungannya.
Pada umumnya,bangunan/arsitektur tradisional daerah Bali selalu dipenuhi hiasan, berupa ukiran, peralatan serta pemberian warna. Ragam hias tersebut mengandung arti tertentu sebagai ungkapan keindahan simbol-simbol dan penyampaian komunikasi. Bentuk-bentuk ragam hias dari jenis fauna juga berfungsi sebagai simbol ritual yang dibuat berupa patung.
Pada umumnya,bangunan/arsitektur tradisional daerah Bali selalu dipenuhi hiasan, berupa ukiran, peralatan serta pemberian warna. Ragam hias tersebut mengandung arti tertentu sebagai ungkapan keindahan simbol-simbol dan penyampaian komunikasi. Bentuk-bentuk ragam hias dari jenis fauna juga berfungsi sebagai simbol ritual yang dibuat berupa patung.
- Sistem Kepercayaan mayarakat Bali
Masyarakat Bali kebanyakan beragama Hindu,
dan percaya adanya satu Tuhan dalam bentuk Trimurti yang Esa yaitu Brahmana
(yang menciptakan), Wisnu (yang melindungi dan memelihara), dan Siwa (yang
merusak). Selain itu juga percaya dengan para dewa yang memiliki kedudukan yang
lebih rendah dari Trimurti yaitu dewa Wahyu (dewa angin), dewa Indra (dewa
perang). Agama Hindu juga mempercayai Roh abadi. Dan mempercayai semua
ajaran-ajaran yang berada dikitab wedha.
Tempat untuk melakukan persembahyangan
(ibadah) agama Hindu di Bali dinamakan Pura atau Sangeh. Tempat ibadah ini
merupakan bangunan-bangunan suci yang sifat nya berbeda-beda setiap tempat
persembahyangan. Karena banyak sekali hampir beribu-ribu pura atau sangeh yang
masing-masing pura tersebut mempunyai upacara adat yang sesuai dengan perayaan
leluhur mereka sesuai sistem tanggalan nya sendiri-sendiri.
·
Hukum adat Bali
Sebagian besar masyarakat bali adalah menganut Agama Hindu
dan dalam kesehariannya diatur berdasarkan hukum adat Bali. Hukum adat Bali
adalah hukum yang tumbuh dalam lingkungan masyarakat hukum adat Bali yang
berlandaskan pada ajaran agama (Agama Hindu) dan tumbuh berkembang mengikuti
kebiasaan serta rasa kepatutan dalam masyarakat hukum adat Bali itu sendiri.
Oleh karenanya dalam masyarakat hukum adat Bali, antara adat dan agama tidak
dapat dipisahkan.
- Tradisi Upacara Adat potong gigi di Bali
Tak dapat dipisahkannya antara adat dan agama di dalam
masyarakat hukum adat Bali, disebabkan karena adat itu sendiri bersumber dari
ajaran agama. Dalam ajaran agama Hindu sebagaimana yang dianut oleh masyarakat
hukum adat Bali, pelaksanaan agama dapat dijalankan melalui etika, susila, dan
upacara. Ketiga hal inilah digunakan sebagai norma yang mengatur kehidupan
bersama di dalam masyarakat. Etika, susila, dan upacara yang dicerminkan dalam
kehidupannya sehari-hari mencerminkan rasa kepatutan dan keseimbangan (harmoni)
dalam kehidupan bermasyarakat. Oleh karenanya azas hukum yang melingkupi hukum
adat Bali adalah kepatutan dan keseimbangan. Sebagai misal, setiap perempuan
pada prinsipnya boleh hamil, namun perempuan yang patut hamil hanyalah
perempuan yang memiliki suami. Demikian pula selanjutnya dengan
perbuatan-perbuatan yang lainnya.
Walaupun tadi dikatakan bahwa antara adat dan agama tidak
dapat dipisahkan, namun antara adat dan agama msih dapat dibedakan. Agama
(dalam hal ini agama Hindu yang dianut oleh masyarakat hukum adat Bali) adalah
berasal dari ketentuan-ketentuan ajaran dari para maharesi dan kitab suci yang
diturunkannya. Sedangkan adat adalah berasal dari kebiasaan dalam masyarakat
yang dapat mengikuti situasi, kondisi, dan tempat pada saat itu.
Upacara adat potong gigi atau biasa nya orang bali
menyebutnya dengan sebutan metatah merupakan salah satu upacara keaagamaan yang
wajib dilakukan oleh masyarakat Hindu di Bali baik laki-laki maupun perempuan,
karena dipercayai oleh masyarakat bali saat meninggal dunia akan bertemu dengan
leluhur nya di surga.
Adapun makna dari upacara adat potong gigi ini adalah
menandakan bahwa orang tersebut sudah akhir balig atau memasuki usia dewasa,
merupakan wujud berbakti kepada orang tua, seseorang yang telah disucikan akan
lebih mudah menghubungkan diri dengan Ida Sang Hyang Widhi, para dewata, dan
leluhur di alam surga. Dalam makna estetika potong gigi dapat menambah
kecantikan agar susunan gigi lebih rapih.
- Upacara Ngaben
Upacara
Ngaben adalah upacara pembakaran mayat yang dilaksanakan oleh umat beragama
Hindu di Bali. Upacara Ngaben diadakan jika ada orang yang meninggal dan
biasanya diselenggarakan oleh anggota keluarga yang meninggal. Makna dari
upacara Ngaben adalah untuk mengembalikan roh leluhur (roh orang yang sudah
meninggal tersebut) ke tempat asalnya.
· Hari Raya Nyepi
Nyepi berasal dari kata sepi (sunyi, senyap). Hari Raya Nyepi
sebenarnya merupakan perayaan Tahun Baru Hindu berdasarkan
penanggalan/kalender caka, yang dimulai sejak tahun 78 Masehi. Tidak seperti
perayaan tahun baru Masehi, Tahun Baru Saka di Bali dimulai dengan menyepi.
Tidak ada aktivitas seperti biasa. Semua kegiatan ditiadakan, termasuk
pelayanan umum, seperti Bandar Udara Internasional pun tutup, namun tidak untuk
rumah sakit.
Tujuan utama Hari Raya Nyepi adalah memohon
ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa, untuk menyucikan Bhuana Alit (alam
manusia/microcosmos) dan Bhuana Agung/macrocosmos (alam
semesta). Sebelum Hari Raya Nyepi, terdapat beberapa rangkaian upacara yang
dilakukan umat Hindu, khususnya di daerah Bali.
·
Kesenian
Musik Khas Bali
Musik trasional Bali memang mempunyai ciri khas tersendiri
dalam cara memainkannya. Irama musik bali mengingatkan kita pada suatu semangat
keceriaan, karena irama yang dimainkan mengadung kecepatan yang saling
berkesinambungan. Komponen-komponen musik saling menyatu melahirkan suara
gemuruh hingga yang mendengarkan tanpa terasa badan terasa seolah-olah mau
bergerak. Kekuatan Musik bali ada pada kecepatan pukulan gamalan yang
bersaut-sautan dalam tempo cepat. Ada beberapa jenis musik yang mempunyai
keunikan tersendiri dalam memainkannya diantaranya, Gemelan Jegog, Gamelan Gong
Gede, Gamelan Gambang, Gamelan Selunding. Selain musik gamelan dengan
menonjolan instrumentalnya, juga terkadang disatukan dengan irama suara
manusia yang saling bersaut-sautan seperti tari kecak, dimana tarian ini konon
menirukan gaya seekor kera. Selain itu juga ada musik angklung gaya khas Bali
yang dimainkan dalam rangka penyelengaraan upacara pembakaran mayat yaitu
Ngaben, serta musik Bebonangan yang dimainkan pada saat penyelenggaraan upacara
tertentu oleh masyarakat Bali. Dalam mendesain penyajian gamelan gaya Bali
mengisyarat kan penampilan tersendiri sehingga menarik perhatian orang.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Jadi, dapat disimpulkan keragaman budaya yang dimiliki oleh
daerah Bali sangat lah banyak. Seperti cara beretika yang baik sesuai agama dan
hokum adat bali yang berlaku, kemudian rumah adat bali yang memiliki arti pada
tiap tiap bentuk dan ukiran, kesenian di daerah bali juga sangat lah banyak.
Tradisi Upacara-upacara Adat Bali yang beragam juga membuat keragaman akan
budaya Bali semakin lengkap. Sehingga banyak sekali yang harus kita ketahui
lebih jauh lagi mengenai budaya-budaya yang ada di Indonesia ini terutama Bali
yang sebenarnya memiliki budaya yang sangat kental dan beragam.
3.2
Saran
Menurut saya, karena
beragam nya budaya di Indonesia ini, terutama untuk daerah Bali. Sebaiknya kita
sebagai generasi penerus terus melestarikan budaya yang ada saat ini dan
seterus nya agar tidak hilang begitu saja dan tidak ditiru oleh Negara lain.
Karena budaya kita sangat lah kaya akan kreasi dan keindahan yang memiliki arti
tersendiri. Kita harus bangga menjadi Warga Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar