Minggu, 30 April 2017

struktur sosial



BAB I
PENDAHULUAN


A.Latar Belakang
Menurut August Comte sosiologi mengkaji mengkaji masyarakat dari sisi social statics (statika social atau struktur social) dan social dynamics (dinamika social atau perubahan social). Comte berpendapat bahwa setiap masyarakat memiliki dua system kehidupan yang berbeda sebagaimana yang dipelajari oleh sosiologi itu.  Walaupun memiliki sisi yang berbeda, keduanya menjadi system yang tak terpisahkan dari sebuah masyarakat secara umum.
Social statics meliputi struktur social masyarakat berupa kelompok dan lembaga-lembaga sosial, lapisan serta kekuasaan, sedangkan sosial dinamics adalah fungsi-fungsi masyarakat yang terlibat dalam proses social, perubahan social, atau bentuk abstrak interaksi social.
Suatu sistem sosial tidak hanya berupa kumpulan individu tetapi juga berupa hubungan-hubungan sosial dan sosialisasi yang membentuk nilai-nilai dan adat istiadat sehingga terjalin kesatuan hidup bersama yang teratur dan berkesinambungan.
Struktur sosial adalah cara bagaimana suatu masyarakat terorganisasi dalam hubungan-hubungan yang dapat diprediksikan melalui pola perilaku berulang antar individu dan antar kelompok dalam masyarakat tersebut. Struktur sosial dapat diartikan sebagai jalinan antara struktur-struktur sosial yang pokok yaitu kaidah-kaidah / norma-norma sosial, lembaga-lembaga sosial dan lapisan-lapisan sosial.







\


BAB II
STRUKTUR SOSIAL

A. Definisi Struktur Sosial
Secara harfiah, struktur bisa diartikan sebagai susunan atau bentuk. Struktur tidak harus dalam bentuk fisik, ada pula struktur yang berkaitan dengan sosial. Menurut ilmu sosiologi, struktur sosial adalah tatanan atau susunan sosial yang membentuk kelompok-kelompok sosial dalam masyarakat. Susunannya bisa vertikal atau horizontal.
Para ahli sosiologi merumuskan definisi struktur sosial sebagai berikut:
·         George Simmel: struktur sosial adalah kumpulan individu serta pola perilakunya.
·         George C. Homans: struktur sosial merupakan hal yang memiliki hubungan erat dengan perilaku sosial dasar dalam kehidupan sehari-hari.
·         William Kornblum: struktur sosial adalah susunan yang dapat terjadi karena adanya pengulangan pola perilaku undividu.
·         Soerjono Soekanto: struktur sosial adalah hubungan timbal balik antara posisi-posisi dan peranan-peranan sosial.

B. Ciri-ciri Struktur Sosial
1. Muncul pada kelompok masyarakat
Struktur sosial hanya bisa muncul pada individu-individu yang memiliki status dan peran. Status dan peranan masing-masing individu hanya bisa terbaca ketika mereka berada dalam suatu sebuah kelompok atau masyarakat.
Pada setiap sistem sosial terdapat macam-macam status dan peran indvidu. Status yang berbeda-beda itu merupakan pencerminan hak dan kewajiban yang berbeda pula.
2. Berkaitan erat dengan kebudayaan
Kelompok masyarakat lama kelamaan akan membentuk suatu kebudayaan. Setiap kebudayaan memiliki struktur sosialnya sendiri. Indonesia mempunyai banyak daerah dengan kebudayaan yang beraneka ragam. Hal ini menyebabkan beraneka ragam struktur sosial yang tumbuh dan berkembang di Indonesia.


Hal-hal yang memengaruhi struktur sosial masyarakat Indonesia adalah sbb:
1.      Keadaan geografis
Kondisi geografis terdiri dari pulau-pulau yang terpisah. Masyarakatnya kemudian mengembangkan bahasa, perilaku, dan ikatan-ikatan kebudayaan yang berbeda satu sama lain.
2.      Mata pencaharian
Masyarakat Indonesia memiliki mata pencaharian yang beragam, antara lain sebagai petani, nelayan, ataupun sektor industri.
3.      Pembangunan
Pembangunan dapat memengaruhi struktur sosial masyarakat Indonesia. Misalnya pembangunan yang tidak merata antra daerah dapat menciptakan kelompok masyarakat kaya dan miskin.

3. Dapat berubah dan berkembang
Masyarakat tidak statis karena terdiri dari kumpulan individu. Mereka bisa berubah dan berkembang sesuai dengan tuntutan zaman. Karenanya, struktur yang dibentuk oleh mereka pun bisa berubah sesuai dengan perkembangan zaman.

C. Fungsi Struktur Sosial
1. Fungsi Identitas
Struktur sosial berfungsi sebagai penegas identitas yang dimiliki oleh sebuah kelompok. Kelompok yang anggotanya memiliki kesamaan dalam latar belakang ras, sosial, dan budaya akan mengembangkan struktur sosialnya sendiri sebagai pembeda dari kelompok lainnya.

2.   Fungsi Kontrol
Dalam kehidupan bermasyarakat, selalu muncul kecenderungan dalam diri individu untuk melanggar norma, nilai, atau peraturan lain yang berlaku dalam masyarakat. Bila individu tadi mengingat peranan dan status yang dimilikinya dalam struktur sosial, kemungkinan individu tersebut akan mengurungkan niatnya melanggar aturan. Pelanggaran aturan akan berpotensi menimbulkan konsekuensi yang pahit.

3. Fungsi Pembelajaran
Individu belajar dari struktur sosial yang ada dalam masyarakatnya. Hal ini dimungkinkan mengingat masyarakat merupakan salah satu tempat berinteraksi. Banyak hal yang bisa dipelajari dari sebuah struktur sosial masyarakat, mulai dari sikap, kebiasaan, kepercayaan dan kedisplinan.

D. Bentuk Struktur Sosial
Bentuk struktur sosial terdiri dari stratifikasi sosial dan diferensiasi sosial. Masing-masing punya ciri tersendiri.
1.      kelompok Sosial
kehidupan kelompok adalah sebuah naluri manusia sejak ia dilahirkan.  Naluri ini yang mendorongnya untuk selalu menyatukan hidupnya dengan orang lain dalam kelompok. Naluri itu juga yang mendorong manusia untuk menyatukan dirinya dengan dalam kelompok yang lebih besar dalam kehidupan manusia lain di sekelilingnya bahkan mendorong manusia menyatu dengan alam fisiknya.  Untuk memenuhi naluri ini, maka setiap manusia saat melakukan proses keterlibatannya engan orang dan lingkungannya, proses ini dinamakan adaptasi.  Adaptasi dengan kedua lingkungan tadi; manusia lain dan alam sekitarnya itu, melahirkan struktur sosial baru yang disebut dengan kelompok social.Kelompok social adalah kehdupan bersama manusia dalam himpunan atau kesatuan-kesatuan manusia yang umumnya secara fisik relative kecil yang hidup secara guyub.  Ada juga beberapa kelompok social yang dibentuk secara formal dan memiliki aturan-aturan yang jelas.  Berdasarkan struktur kelompok dan proses sosialnya, maka kelompok social dapat dibagi menjadi beberapa karakter yang penting.  Ada empat kelompok social yang dapat dibagi berdasarkan struktur masing-masing kelompok.
  1. Kelompok Formal-sekunder. Adalah kelompok sosial yang umumnya bersifat sekunder, formal, memiliki aturan dan struktur yang tegas, serta dibentuk berdasarkan tujuan-tujuan yang jelas pula. Kelompok ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
·         Adanya kesadaran anggota bahwa ia adalah bagian dari kelompok yang bersangkutan.
·         Setiap anggota memiliki hubungan timbal balik dengan anggota lainnya dan bersedia melakukan hubungan-hubungan fungsional diantara mereka.
·         Setiap anggota kelompok menyadari memiliki faktor-faktor kebersamaan diantara mereka, di mana kebersamaan ini mendorong kohesifitas kelompok itu sendiri.  Faktor-faktor itu umpamanya kepentingan bersama, nasib yang sama, tujuan yang sama, ideologi yang sama, primordialisme, memiliki ancaman yang sama, termasuk juga memiliki harapan-harapan yang sama.
·         Kelompok sosial ini memiliki struktur yang jelas dan tegas, termasuk juga prosedur suksesi dan kaderisasi.
·         Memiliki aturan formal yang mengikat setiap anggota kelompok dalam struktur yang ada termasuk juga mengatur mekanisme struktur dan sebagainya.
·         Anggota dalam kelompok formal-sekunder memiliki pola dan pedoman perilaku sebagaimana diatur oleh kelompok secara umum.
·         Kelompok sosial ini memiliki sistem kerja yang berpola, berstruktur, dan berproses dalam mencapai tujuan-tujuan kelompok.
·         Kelompok sosial formal-sekunder memiliki kekuatan mempertahankan diri, mengubah diri (adaptasi), rehabilitasi diri, serta kemampuan menyerang kelompok lain.
·         Kelompok sosial formal-sekunder memiliki masa (umur) hidup yang dikendalikan oleh faktor-faktor internal dan eksternal.
  1. Kelompok Formal-Primer. Adalah kelompok sosial yang umumnya bersifat formal namun keberadaannya bersifat primer.  Kelompok ini tidak memiliki aturan yang jelas, walaupun tidak dijalankan secara tegas.  Begitu juga kelompok sosial ini memiliki struktur yang tegas walaupun fungsi-fungsi struktur ini diimplementasikan secara guyub.  Terbentuknya kelompok ini didasarkan oleh tujuan-tujuan yang jelas ataupun tujuan yang abstrak.  Contoh dari kelompok formal primer adalah keluarga inti, kelompok kekerabatan dan kelompok-kelompok primordial.
  1. Kelompok Informal-Sekunder.  Adalah kelompok sosial yang umumnya informal namun keberadaannya bersifat sekunder.  Kelompok ini bersifat tidak mengikat, tidak memiliki aturan dan struktur yang tegas serta dibentuk berdasarkan sesaat  dan tidak mengikat bahkan bisa terbentuk walaupun memiliki tujuan-tujuan yang kurang jelas.  Contoh kelompok ini adalah klik, kelompok persahabatan, kelompok anak muda (geng), kelompok percintaan (pacaran), dan semacamnya.
  2. Kelompok Informal-Primer.  Adalah kelompok sosial yang terjadi akibat meleburnya sifat-sifat kelompok sosial formal-primer atau disebabkan karena pembentukan sifat-sifat di luar kelompok formal-primer yang tidak dapat ditampung oleh kelompok formal-primer.  Kelompok ini juga merupakan bentuk lain dari kelompok informal-sekunder terutama menonjol di hubungan-hubungan mereka yang sangat pribadi dan mendalam.
Ilustrasi dari kelompok ini adalah sebagi berikut, suatu saat seorang polisi dari Surabaya yang baru lulus sekolah  polisi di Sukabumi dikirim bertugas di suatu daerah transmigran di Lampung.  Di sana ia bertugas bersama polisi lainnya yang juga baru lulus sekolah polisi di Porong, Jawa Timur.  Bersama polisi-polisi lainnya mereka bertugas di tempat tugas yang baru itu.  Hubungan-hubungan sosial yang mereka bangun begitu mendasar, penuh dengan persaudaraaan, dan bahkan dalam pernyataan-pernyataan mereka saling katakan bahwa mereka adalah saudara, bahkan melebihi saudara.  Dalam kenyataannnya juga demikian hubungan sosial di antara anggota keluarga (istri dan anak-anak) meraka sangat akrab dan intensif berhubungan satu dengan lainnya.  Bahkan mereka saling bergantian menjadi wali dari anak-anak mereka yang menikah dan sebagainya.  Hubungan-hubungan sosial macam ini terus berjalan sehingga anak-anak mereka menjadi saudara sesusuan keluarga lainnya. Mereka telah menjadi keluarga informal dan menjalani kehidupan kelompok macam itu sebagaimana kehidupan sosial keluarga lainnya.
                        Selain empat tipe kelompok sosial di atas, tipe lain dari kelompok sosial dapat pula didasarkan atas jumlah (besar kecilnya jumlah anggota), wilayah (desa, kota, negara), kepentingan (tetap atau permanen atau sementara), derajat interaksi (erat atau kurang eratnya hubungan) atau kombinasi dari ukuran yang ada.  Pada umumnya kelompok sosial di atas adalah kelompok sosial yang teratur, artinya mudah diamati dan memiliki struktur yang relatif jelas.  Ada pula kelompok sosial yang tidak teratur, artinya sulit diamati strukturnya dan sifatnya sementara seperti kerumunan dan publik.  Kerumunan (crowd) merupakan kelompok manusia yang terbentuk secara kebetulan, tiba-tiba (suddenly) dalam suatu tempat dan waktu yang sama karena kebetulan memiliki pusat perhatian yang sama.  Pada kerumunan, umumnya tidak ada interaksi sosial di antara orang-orang, begitu juga di antara mereka tidak ada ikatan sosial yang mendalam walaupun mungkin memiliki perasaan yang sama dengan orang lain yang berada di tempat yang sama itu.
Sebagaimana kenyataannya, bahwa manusia pada awalnya lahir dalam kelompok formal-primer yaitu keluarga, di mana kelompok ini disebut sebagai salah satu dari jenis kelompok-kelompok kecil yang paling berkesan bagi setiap individu.  Isolasi kehidupan individu dalam keluarga tak bertahan lama, karena seirama dengan perkembangan fisik, intelektual, pengalaman dan kesempatan, individu mulai melepa hubungan-hubungan keluarga dan memasuki dan menyebar untuk menjalankan berbagai kegiatannya dan bertemu dengan manusia lain yang memiliki kesamaan tujuan, kepentingan, dan berbagi aspirasi lainnya.  Dalam proses pelepasan tersebut sehingga membentuk kelompok lainnya individu terus beradaptasi.  Di dalam kelompok, masing-masing anggota berkomunikasi, saling berinteraksi, saling pengaruh memengaruhi satu dengan lainnya.
Pergaulan dalam kelompok tersebut memengaruhi dan menghasilkan kebiasaan-kebiasaan yang melembaga agi setiap anggota kelompok, kebiasaan itu menciptakan pola perilaku yang dilakukan terus-menerus.  Perilaku yang sudah berpola-pola itu akan membentuk sikap setiap anggota kelompok.  Kebiasaan yang melembaga, perilaku, dan sikap tersebut berjalan secara simultan di antara individu dan kelompok.
Lebih jauh lagi proses sosial semacam ini oleh Berger dan Lukcmann katakan sebagai proses konstruksi sosial yang terjadi secara simultan dalam tiga proses, yaitu eksternalisasi, objektivasi, dan internalisasi.  Sehingga pada tahap berikutnya individu akan menginternalisasikan semua sikap dan perilaku yang diperoleh dari kelompoknya dalam kehidupan pribadinya.

2. Lembaga (Pranata) Sosial
Lembaga (pranata) sosial adalah sekumpulan tata aturan yang mengatur interaksi dan proses-proses sosial di dalam masyarakat.  Lembaga sosial memungkinkan setiap struktur dan fungsi serta harapan-harapan setiap anggota dalam masyarakat dapat berjalan, dan memenuhi harapan sebagaimana yang disepakati bersama.  Dengan kata lain lembaga sosial digunakan untuk menciptakan ketertiban (order).
Wujud konkret dari pranata sosial adalah aturan, norma, adat istiadat dn semacamnya yang mengatur kebutuhan masyarakat dan telah terinternalisasi dalam kehidupan manusia, dengan kata lain pranata sosial adalah sistem norma yang telah melembaga atau menjadi kelembagaan di suatu masyarakat.  Misalnya, kebutuhan orang  terhadap penyembuhan penyakit, menghasilkan kedokteran, perdukunan, penyembuhan alternatif.  Kebutuhan manusia terhadap pendidikan bagi anggota keluarganya, melahirkan pesanren, taman pendidikan bagi anggota keluarganya, melahirkan pesantren, taman kanak-kanak, sekolah menengah, perguruan tinggi, dan lainnya.  Kebutuhan akan mata pencaharian, menimbulkan sistem mata pencaharian pertanian, peternakan, koperasi, industri.  Kebutuhan manusia terhadap perkawinan, melahirkan sistem perkawinan dan keluarga.  Kebutuhan akan keindahan, menimbulkan kesusastraan, kesenian.  Kebutuhan kesehatan jasmani, menimbulkan lembaga pemeliharaan kesehatan, kedokteran kecantikan, dan lainnya.

3.Stratifikasi Sosial (Social Stratification)
Stratifikasi atau strata sosial adalah struktur sosial yang berlapis-lapis di dalam masyarakat.  Lapisan sosial menunjukkan bahwa masyarakat memiliki strata, mulai dari yang terendah sampai yang paling tinggi.  Secara fungional, lahirnya strata sosial ini karena kebutuhan masyarakat terhadap sistem produksi yang dihasilkan oleh masyarakat di setiap strata, di mana sistem produksi itu mendukung secara fungsional masing-masing strata.
Menurut Pitirim Sorokim yang dikutip dari Soekanto, Social Stratification adalah pembedaan penduduk dan masyarakat ke dalam kelas-kelas sosial secara bertingkat (Soekanto,2002:228), yaitu kelas-kelas tinggi dan kelas-kelas rendah.  Setiap masyarakat selalu mempunyai lapisan, mulai yang sederhana sampai yang rumit, tergantung dari teknoogi yang dikuasai masyarakat tersebut.  Dalam masyarakat yang kompleks, maka perbedaan kedudukan dan peranan juga bersifat kompleks.
Secara umum, strata sosial di masyarakat melahirkan kelas-kelas sosial yang terdiri dari tiga tingkatan, yaitu atas (upper class), menengah (middle class), dan bawah (lower class).  Kelas atas mewakili kelompok elite di masyarakat yang jumlahnya sangat terbatas.  Kelas menengah mewakili kelompok profesional, kelompok pekerja, wiraswastawan, pedagang, dan kelompok fungsional lainnya.  Sedangkan kelas bawah mewakili kelompok pekerja kasar, buruh harian, buruh lepas, dan semacamnya.  Secara khusus, kelas sosial ini terjadi pada lingkungan-lingkungan khusus pada bidang tertentu sehingga content varian strata sosial sangat spesifik berlaku pada lingkungan itu.  Content varian lebih banyak menyangkut varian strata dalam satu lingkungan yang membedakannya dengan strata pada lingkungan lainnya.  Jadi, apabila kelas sosial di suatu lingkungan sosial menempati struktur strata yang paling tinggi belum tentu kelas yang sama terjadi pada strata sosial lainnya di tempat lain pula.
Kelas sosial dengan strata sosial tertentu adakalanya terbentuk dengan sendirinya, ada pula yang dibentuk berdasarkan hukumnya.  Strata kelas sosial yang terbentuk dengan sendirinya adalah berdasarkan pada kepandaian, tingkat umur, sifat keaslian keanggotaan kerabat, harta dalam batas-batas tertentu.  Sedangkan strata kelas sosial yang dibentuk berasarkan tujuan tertentu adalah seperti pemimpin dan yang dipimpin, yang memiliki kekayaan dan yang tidak, dan yang memiliki kekuasaan atau yang rakyat biasa.
Dasar pembentukan kelas sosial adalah
(a) ukuran kekayaan;
(b) ukuran kepercayaan;
(c) besaran kekuasaan;
(d) ukuran keselamatan;
(e) ukuran ilmu pengetahuan dan pendidikan.

4.Mobilitas Sosial (Social Mobility)
Menurut Horton dan Hunt (Narwoko dan uyanto, 2004:188) mobiitas sosial dapat diartikan sebagai suatu gerak perpindahan dari suatu kelas ke kelas sosial lainnya.  Mobilitas bisa berupa peningkatan atau penurunan dalam segi status sosial dan (biasanya) termasuk pula segi penghailan yang dapat dialami oleh beberapa individu atau oleh keseluruhan anggota kelompok.
Pak Hartono adalah seorang direktur pemasaran di sebuag perusahaan televisi swasta di Jakarta.  Setip harinya ia mengepalai departemennya yang terdiri dari 3 orang wakil direktur dan 150 orang bawahan yang bekerja di lapangan.  Selain diberikan fasilitas mobil dinas dan asuransi kesehatan, pendapatn Hartono setiap bulannya mencapai angka 15 juta rupiah.  Sebuah angka yang cukup besar bagi seorang pegawai seperti Pak Hartono yang belum nenamatkan pendidikan S1.  pada bulan Juni tahun 2005, dengan terpaksa pak hartono kehilangan pekerjaannya, perusahaannya tak mampu lagi membayarnya karena Hartono dianggap tidak produktif oleh pemilik perusahaan bahkan ia dpindahkan ke unit usaha lain di Yogyakarta.
Pada mulanya Hartono menolak, namun tidak ada pilihan lain selain PHK apabila ia tidak pindah ke Yogyakarta.  Satu bulan kemudian Pak Hartono memutuskan menerima tugas barunya di Yogyakarta.  Di Yogyakarta ia ditempatkan sebagai staf di sebuah unit Asuransi yang ada hubunganya dengan perusahaannya dulu di Jakarta.  Sebagai anak muda, Hartono tetap berharap kalau suatu hari ia akan bekerja lebih baik lagi untuk membesarkan perusahaannya.
Pada cerita lainnya, Pak Umar adalah seorang kapten kapal yang ertugas menahkodai kapl dagang antarpulau dari Surabaya ke Ambon.  Pak Umar sudah bekerja di perusahaan pelayaran yang memiliki kapal tersebut selama 5 tahun.  Pada suatu hari karena perusahaan membeli kapal baru, dengan tipe kapal yang sama dengan kapal yang sekarang dinahkodai oleh Pak Umar, kapal yang baru ini diserahkan ke Pak Umar untuk dinahkodai, karena perusahaan belum percaya kepada kapten kapal lainnya untuk urusan-urusan yang masih baru seperti yang sekarang ini.
Kisah Hartono ini adalah sebuah serita seseorang yang mengalami turun kelas sosial, dari seorang direktur menjadi seorang staf di sebuah kantor atau perusahaan.  Sedangkan cerita Pak Umar, yang terjadi adalah sebuah proses mobilitas horizontal.  Bahkan kisah yang dapat kita saksikan di masyarakat bagaimana seseorang naik dan turun kelas dari strata sosial, termasuk pula yang mengalami mobilitasi horizontal.
Dengan demikian, secara umum ada tiga jenis mobilitas sosial, yaitu gerak sosial yang meningkat (socal climbing), gerak sosial menurun (social sinking), dan gerak sosial horizontal.  Ketiga jenis mobilitas sosial ini dapat dialami oleh siapa saja dan kapan saja sesuai dengan bagimana seseorang mengekpresikan lingkungan sosial dan bagaimana lingkungan sosial mengekspresikan seseorang secara timbal balik

5.Kebudayaan
Kebudayaan (culture) adalah produk dari seluruh rangkaian proses sosial yang dijalankan oleh manusia dalam masyarakat dengan segala aktivitasnya.  Dengan demikian, maka kebudayaan adalah hasil nyata dari sebuah proses sosial yang dijalankan oleh manusia bersama masyarakatnya.
Pernyataan di atas sejalan dengan selo Sumarjan dan Soelaiman Sumardi, bahwa kebudayaan sebagai hasil karya, rasa dan cipta masyarakat.  (a) karya, masyarakat menghasilkan material culture seperti teknologi dan karya-karya kebendaan atau budaya materi (fisik) yang diperlukan oleh manusia untuk menguasai dan menundukan alam sekitarnya, sehingga budaya yang besifat fisik ini dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. (b) rasa, adalah spiriual culture (nonfisik) meliputi unsur mental dan kejiwaan manusia.  Rasa menghasilkan kaidah-kaidah, nilai-nilai sosial, hukum, dan norma sosial atau yang dsebut dengan pranata sosial.  Apa yang dihasilkan rasa digunakan untuk mengatur masalah-masalah kemasyarakatan.  Misalnya agama, kesenian, ideologi, kebatinan dsb. (c) cipta merupakan immaterial culture yanng menghasilkan pranata sosial, namun caipta yang menghasilkan gagasan, berbagai teori, wawasan dan semacamnya yang bermanfaat bagi manusia. (d) karsa adalah kemampuan untuk menempatkan karya, rasa, dan cipta, pada tempatnya agar sesuai dengan kegunaan dan kepentingan bagi seluruh masyarakat. Dengan demikian karsa adalah kecerdasan dalam menggunakan karya, rasa dan cipta secara fungsional sehingga menghasilkan sesuatu yang bermanfaat lebih bagi manusia dan masyarakat secara luas.






















BAB III
PENUTUP

A.Simpulan
·         Menurut ilmu sosiologi, struktur sosial adalah tatanan atau susunan sosial yang membentuk kelompok-kelompok sosial dalam masyarakat. Susunannya bisa vertikal atau horizontal
·         Bentuk struktur sosial terdiri dari stratifikasi sosial dan diferensiasi sosial. Masing-masing punya ciri tersendiri






















DAFTAR PUSTAKA

Alam S& Henry H, 2008, Ilmu Pengetahuan Sosial untuk SMK dan MAK Kelas XI,
Jakarta: Erlangga
Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi; Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi
Komunikasi di Masyarakat, Kencana Prenada Media, Jakarta, 2007.
Zulkarimein Nasution, Sosiologi Komunikasi Massa, Universitas Terbuka, Jakarta,
2003.





















MAKALAH
STRUKTUR SOSIAL

LOGO SMK KESEHATAN AL-MA'ARIF.jpg
DISUSUN OLEH :
AYU FAHIRAH
EKA RAMADHANTI
NOVIANA
NURUL FIRDAUZIAH
RISKA TRI NOVIANTI

SMK KESEHATAN AL – MA’ARIF SUMBAWA
TAHUN AJARAN 2015/2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar