.Nama Tradisi
|
KIA
|
Tujuan
|
1. Upacara salama loko.
|
Upacara Salama Loko disebut
juga dengan Kiri Loko dilakukan ketika kandungan
seorang ibu berumur tujuh bulan. Upacara ini hanya dilakukan bagi seorang ibu
yang pertama kali mengandung. Jalannya upacara dihadiri oleh kaum ibu dan
dipimpin oleh sando nggana (dukun beranak) yang dibantu oleh enam orang tua
adat wanita. 1.Upacara akan dimulai pada saat maci oi ndeu (waktu yang tepat untuk mandi) di sekitar jam 07.00. Sando nggana menggelar tujuh lapis sarung. Setiap lapis ditaburi beras dan kuning uang perak sa ece (satu ketip = 10 sen). Selain itu disimpan pula dua liku atau dua leo mama (dua bungkus bahan untuk menyirih). 2.Dimandikan oleh sando nggana dengan air roa bou (air yang disimpan dalam periuk tanah yang baru). Dicampur dengan bunga cempaka dan mundu (cempaka kuning lambang kejayaan. Melati putih lambang kesucian). Waktu mandi, ibu yang salama loko menginjak telur bekas dipakai mengoles perutnya. |
1.Maksud dan
taburan beras kuning, ialah agar ibu beserta calon bayinya akan hidup bahagia
dan jaya. Uang sa ece, sebagai peringatan kepada ibu bersama calon bayi,
bahwa uang merupakan salah satu modal dalam kehidupan.
2. Dengan
harapan, agar melahirkan dengan mudah semudah ibu memecahkan telur.
|
2. Upacara Cafi Sari |
Upacara
cafi sari dilakukan setelah bayi berumur tujuh hari. cafi sari dalam
bahasa Indonesia berarti upacara menyapu lantai. Sebagai tanda terima
kasih kepada sando nggana, sang ibu memberi “soji”atau
sesajen yang terdiri dan kue tradisional mbojo. Seperti pangaha kahuntu,karuncu, pangaha bunga,
pangaha sinci, ka dodo, arunggina dan kalempe.
Penyerahan soji merupakan lambang harapan orang tua, agar bayinya kelak akan
hidup bahagia sejahtera. Bagi keluarga yang mampu, upacara cafi sari dilaksanakan bersamaan dengan upacara qeqa atau aqiqah. Yaitu upacara yang sesuai dengan ajaran Islam. Yang menganjurkan orang tua untuk menyembelih seekor kambing yang sehat. Sebagai tanda syukur kepada Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang. |
Maksud dari upacana ini, ialah menyampaikan
puji syukur kepada Allah SWT atas limpahan rahmat-Nya karena sang ibu bersama
bayi sudah lahir dengan selamat. Menurut kepercayaan tradisional pada usia
tujuh hari, bayi akan memasuki kehidupan dunia, dan meninggalkan kehidupan
dalam kandungan.
|
3.Upacara Dore. |
Yang
dimaksud dengan upacara dore ialah, upacara
menyentuhkan telapak kaki bayi pada tanah. Beberapa gumpal tanah yang diambil
dihalaman masjid disimpan diatas pingga bura. Tanah
itulah yang akan diinjak oleh bayi. |
Acara dore, bertujuan untuk mengingatkan bayi,
bahwa kelak dia akan hidup di bumi yang bersih dan subur. Bayi harus mampu
memanfaatkan kekayaan bumi untuk kebahagiaan keluarga dan masyarakat. Sebab
itu bayi harus menjaga keselamatan bumi atau negeri.
|
4.Upacara boru (upacara Potong rambut bayi) |
Bayi digendong oleh sando nggana. Tujuh orang
tua adat laki-laki, secara bergilir memotong ujung rambut bayi. Potongan
rambut disimpan dipingga bura (piring
putih) yang berisi air dingin.
|
Upacara boru diawali dengan upacara doa.
Memohon kepada Allah SWT. agar bayi tetap sehat walafiat. Dan apabila dewasa,
akan menjadi seorang yang beriman dan gagah perkasa. Pelindung dan pembela
keluarga serta dou labo dana (masyarakat
-red). Setelah upacara doa, maka dilanjutkan dengan upacara boru.
Dengan
harapan agar rambut bayl tumbuh subur, sebagai lambang kesuburan dan
kebahagiaan hidup.Pemotongan rambutdiiringi dengan jiki asraka (jikir asrakal). Para peserta berjikir dengan suara merdu. Melagukan syair puja puji kepada Allah, Rasul dan para sahabat. |
5.Baka
|
Bayi yang sudah terpisah dengan ari-arinya digendong oleh wa’i sandonya
(dukun anak) untuk melakukan sebagai berikut:
1.Memukul lantai dengan tumitnya 3 kali.
2.Memukul besi dengan besi 3 kali
3.Memukul batu dengan batu 3 kali
|
Dengan memukul baka bertujuan:
1.Untuk mengingatkan bayi akan dunia barunya di luar kandungan atau alam
semesta.
2.Untuk Memberikan kebiasaan kepada bayi agar tidak kaget dengan
bunyi-bunyian di sekitarnya.
|
6.Waari ro sai
|
Wari ro sai berarti suatu pekerjaan/perbuatan bapaknya si calon
bayinya,dengan selalu mengucapkan “aina wari ro sai”ana nahu”artinya memohon
kepada yang kuasa,agar anaknya nanti tidak lahir dengan cacat sebagai akibat
dari perbuatan bapaknya.
|
Dari kata “wari ro sai”Bertujuan:
1.Untuk memulai suatu pekerjaan sang ayah selalu ingat pada yang maha
pencipta dan keselamatan keluarganya.
2.Untuk tidak boleh sommbong,takabur dan lupa diri.
3.selalu melakukan pekerjaan dengan ulus hati,penuh keikhlasan demi
keuarga dan masyaraakat.
|
Senin, 24 April 2017
adat budaya bima
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar