Senin, 24 April 2017

adat budaya bima


.Nama Tradisi

KIA
Tujuan
1. Upacara salama loko.

Upacara Salama Loko disebut juga dengan Kiri Loko dilakukan ketika kandungan seorang ibu berumur tujuh bulan. Upacara ini hanya dilakukan bagi seorang ibu yang pertama kali mengandung. Jalannya upacara dihadiri oleh kaum ibu dan dipimpin oleh sando nggana (dukun beranak) yang dibantu oleh enam orang tua adat wanita.
1.Upacara akan dimulai pada saat maci oi ndeu (waktu yang tepat untuk mandi) di sekitar jam 07.00. Sando nggana menggelar tujuh lapis sarung. Setiap lapis ditaburi beras dan kuning uang perak sa ece (satu ketip = 10 sen).  Selain itu disimpan pula dua liku atau dua leo mama (dua bungkus bahan untuk menyirih).






2.Dimandikan oleh sando nggana dengan air roa bou (air yang disimpan dalam periuk tanah yang baru). Dicampur dengan bunga cempaka dan mundu (cempaka kuning lambang kejayaan. Melati putih lambang kesucian). Waktu mandi, ibu yang salama loko menginjak telur bekas dipakai mengoles perutnya.



1.Maksud dan taburan beras kuning, ialah agar ibu beserta calon bayinya akan hidup bahagia dan jaya. Uang sa ece, sebagai peringatan kepada ibu bersama calon bayi, bahwa uang merupakan salah satu modal dalam kehidupan.

2. Dengan harapan, agar melahirkan dengan mudah semudah ibu memecahkan telur.























2.  Upacara Cafi Sari


Upacara cafi sari dilakukan setelah bayi berumur tujuh hari. cafi sari dalam bahasa Indonesia berarti upacara menyapu lantai. Sebagai tanda terima kasih kepada sando nggana, sang ibu memberi “soji”atau sesajen yang terdiri dan kue tradisional mbojo. Seperti pangaha kahuntu,karuncupangaha bunga, pangaha sinci, ka dodo, arunggina dan kalempe. Penyerahan soji merupakan lambang harapan orang tua, agar bayinya kelak akan hidup bahagia sejahtera.
Bagi keluarga yang mampu, upacara cafi sari dilaksanakan bersamaan dengan upacara qeqa atau aqiqah. Yaitu upacara yang sesuai dengan ajaran Islam. Yang menganjurkan orang tua untuk menyembelih seekor kambing yang sehat.  Sebagai tanda syukur kepada Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang.

Maksud dari upacana ini, ialah menyampaikan puji syukur kepada Allah SWT atas limpahan rahmat-Nya karena sang ibu bersama bayi sudah lahir dengan selamat. Menurut kepercayaan tradisional pada usia tujuh hari, bayi akan memasuki kehidupan dunia, dan meninggalkan kehidupan dalam kandungan.





















3.Upacara Dore.

Yang dimaksud dengan upacara dore ialah, upacara menyentuhkan telapak kaki bayi pada tanah. Beberapa gumpal tanah yang diambil dihalaman masjid disimpan diatas pingga bura. Tanah itulah yang akan diinjak oleh bayi.

Acara dore, bertujuan untuk mengingatkan bayi, bahwa kelak dia akan hidup di bumi yang bersih dan subur. Bayi harus mampu memanfaatkan kekayaan bumi untuk kebahagiaan keluarga dan masyarakat. Sebab itu bayi harus menjaga keselamatan bumi atau negeri.
4.Upacara boru (upacara Potong rambut bayi)

Bayi digendong oleh sando nggana. Tujuh orang tua adat laki-laki, secara bergilir memotong ujung rambut bayi. Potongan rambut disimpan dipingga bura (piring putih) yang berisi air dingin.
Upacara boru diawali dengan upacara doa. Memohon kepada Allah SWT. agar bayi tetap sehat walafiat. Dan apabila dewasa, akan menjadi seorang yang beriman dan gagah perkasa. Pelindung dan pembela keluarga serta dou labo dana (masyarakat -red). Setelah upacara doa, maka dilanjutkan dengan upacara boru.
Dengan harapan agar rambut bayl tumbuh subur, sebagai lambang kesuburan dan kebahagiaan hidup.
Pemotongan rambutdiiringi dengan jiki asraka (jikir asrakal). Para peserta berjikir dengan suara merdu. Melagukan syair puja puji kepada Allah, Rasul dan para sahabat.

5.Baka
Bayi yang sudah terpisah dengan ari-arinya digendong oleh wa’i sandonya (dukun anak) untuk melakukan sebagai berikut:
1.Memukul lantai dengan tumitnya
   3 kali.
2.Memukul besi dengan besi 3 kali
3.Memukul batu dengan batu 3 kali
Dengan memukul baka bertujuan:
1.Untuk mengingatkan bayi akan dunia barunya di luar kandungan atau alam semesta.
2.Untuk Memberikan kebiasaan kepada bayi agar tidak kaget dengan bunyi-bunyian di sekitarnya.





6.Waari ro sai
Wari ro sai berarti suatu pekerjaan/perbuatan bapaknya si calon bayinya,dengan selalu mengucapkan “aina wari ro sai”ana nahu”artinya memohon kepada yang kuasa,agar anaknya nanti tidak lahir dengan cacat sebagai akibat dari perbuatan bapaknya.
Dari kata “wari ro sai”Bertujuan:
1.Untuk memulai suatu pekerjaan sang ayah selalu ingat pada yang maha pencipta dan keselamatan keluarganya.
2.Untuk tidak boleh sommbong,takabur dan lupa diri.
3.selalu melakukan pekerjaan dengan ulus hati,penuh keikhlasan demi keuarga dan masyaraakat.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar